
Ekan ini, rupiah berpotensi menguat dan bergerak di kisaran Rp 16.075 16.175 per dolar Amerika Serikat (AS). Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pekan lalu Rupiah cenderung menguat terhadap Dolar AS sejalan dengan sinyal dovish dari the Fed. Rupiah terapresiasi 0,56 persen wtw sepanjang pekan. Pekan ini, pergerakan Rupiah akan dipengaruhi oleh rilis data tenaga kerja AS dan data PDB Indonesia.
Ekonomi AS mencatatkan penambahan 114 ribu pekerjaan pada Juli 2024, jauh di bawah revisi ke bawah 179 ribu pada Juni dan perkiraan 175 ribu. Tingkat pengangguran di Amerika Serikat naik menjadi 4,3 persen pada Juli 2024 dari 4,1 persen pada bulan sebelumnya, tertinggi sejak Oktober 2021, serta di atas ekspektasi pasar yang akan tetap di 4,1 persen. Media AS Ulas 6 Skenario Serangan AS Terhadap Iran jika Berani Menyerang Israel Serambinews.com
Iran: Pangkalan Militer AS di Teluk Persia dan Irak akan Dihancurkan jika Dukung Serangan Israel Serambinews.com Iran Tolak Bujuk Rayu AS dan Negara Arab Agar tak Serang Israel, Tetap Kekeh Meskipun Pecah Perang Serambinews.com Kombinasi data Non Farm Payroll dan tingkat pengangguran bulan Juli 2024 mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja AS mulai melonggar.
Hal itu kembali mendorong ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed dan mendukung risk on sentiment pada sesi perdagangan AS pada hari Jumat lalu. Dolar index ditutup melemah 1,16 persen sementara yield UST 10 tahun juga ditutup turun 19bps ke level 3,79 persen pada hari Jumat lalu. "Dengan rilis data tenaga kerja AS yang mendorong risk on sentiment, maka USD/IDR diperkirakan akan berada di rentang Rupiah berpotensi menguat dan bergerak di kisaran Rp 16.075 16.175 per dolar AS," pungkas Josua.