
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras nasional pada 2024 turun 760 ribu ton atau 2,43 persen dibandingkan 2023. Menurut BPS, luas panen menurun karena dampak fenomena El Nino yang menyebabkan mundurnya musim tanam. Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Moch. Arief Cahyono membenarkan hal tersebut.
Ia menjelaskan bahwa ini akibat dari keterlambatan masa tanam yang terjadi pada akhir 2023. Keterlambatan masa tanam menyebabkan masa panen raya yang mestinya terjadi di bulan Maret April 2024, akhirnya bergeser. Konsekuensinya, terjadi defisit produksi di awal tahun 2024 yang ditutupi dengan pengadaan beras dari luar negeri oleh Bulog.
Kalender Oktober 2024 Lengkap dengan Tanggal 30 Oktober 2024 Memperingati Hari Apa? Posbelitung.co Kunci Jawaban PAI Kelas 12 Halaman 31 37 Kurikulum Merdeka, Penilaian Pengetahuan Bab 1 Halaman all 50 Contoh Soal UAS, PAS PKN Kelas 12 Semester 1 Kurikulum 2013 dan Kunci Jawabannya Halaman all
Namun, setelah panen raya pada April Mei 2024, perkiraan produksi bulanan Agustus Desember tahun ini disebut akan melebihi produksi pada periode yang sama di tahun 2023. Hal itu, kata Arief, berkat intervensi pompanisasi dan ketersediaan pupuk yang cukup. Pompanisasi memang menjadi andalan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sejak dilantik pada Oktober 2023.
Langkah mengoptimalkan sumber air melalui pompanisasi diambil untuk menghadapi dampak El Nino. "Sejak November 2023. Pak Mentan sudah sampaikan ada potensi pergeseran masa tanam dan defisit produksi di awal tahun 2024," kat Arief dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (17/10/2024). Ia menyebut Amran mengambil langkah cepat, yaitu dengan merealokasi anggaran eksternal dan internal Eselon I Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2023 sebesar Rp 1 Triliun.
Anggaran tersebut digunakan untuk penyediaan benih, alat dan mesin pertanian (alsintan), pupuk, dan pestisida. Adapun peningkatan produksi beras pada Agustus Desember 2024 dinilai sebagai hasil dari program Penambahan Areal Tanam (PAT) yang digenjot Kementan pada awal 2024. PAT dilakukan melalui optimasi lahan dan pompanisasi untuk meningkatkan indeks pertanaman sawah.
Indeks pertanaman sawah yang sebelumnya hanya tanam satu kali setahun, menjadi 2 3 kali dengan memaksimalkan sisa air yang tersedia. "Pemerintah tetap optimis produksi beras akan terus membaik,” ujar Arief. Arief mengatakan, peningkatan produksi juga didukung oleh kebijakan dalam penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi.
Pemerintah sejak awal 2024 telah menambah kuota pupuk bersubsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton. Prosedur penebusan pun telah dipermudah, di mana petani yang terdaftar sebagai penerima pupuk subsidi, bisa menebusnya dengan menunjukkan KTP asli. "Dampaknya signifikan. Produksi beras periode Agustus hingga Oktober 2024 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama lima tahun sebelumnya secara berturut turut", tegas Arief.